Tips Menghadapi Penolakan Artikel Ilmiah

Penolakan (rejection) itu menyakitkan perasaan. Bahkan buruk-buruknya bisa membuat sakit. Demikian pula dengan penolakan atas manuskrip yang sudah kita submit ke suatu jurnal.

Jika tahu cara menghadapinya, maka kita pun bisa tahu cara mengantisipasi penolakan tersebut. Pertama-tama kita kenali dahulu ada berapa macam rejection dalam dunia akademik.

Desk Rejection

Penolakan pra Peer Review, atau disebut juga Desk Rejection. Biasanya disebabkan karena manuskrip yang di-submit tidak termasuk ke dalam topik-topik yang diterbitkan oleh jurnal tersebut. Bisa juga karena kurangnya kebaharuan yang menjadi standard jurnal yang bersangkutan. Desain maupun metodologi penelitian yang dinilai kurang kuat atau bahkan penulisan manuskrip yang kurang baik.

See also: Paper Rejection Common Reasons of Paper Rejection.

Wajib diingat bahwa penilaian tersebut di atas tidak mutlak sama antara jurnal yang satu dengan jurnal yang lain. Jika satu jurnal menolak, belum tentu jurnal yang lain akan berpendapat sama.

Peer Review Rejection

Ada 4 kemungkinan ketika kita submit suatu artikel paper ke sebuah jurnal, yaitu sebagai berikut:

  • Diterima tanpa perubahan apapun
  • Revisi minor, yakni perbaikan yang tidak bersifat substantif terhadap penelitian tersebut
  • Revisi mayor, yang menuntut perbaikan pada fundamental riset itu sendiri
  • Penolakan, yaitu tidak diterima sama sekali karena tidak ada harapan untuk dilakukan revisi, sekalipun itu revisi mayor.

Nah, pada kemungkinan yang terakhir, penolakan mungkin disebabkan oleh lemahnya motivasi terhadap penelitian tersebut, ini bisa disebabkan tren yang sudah tertinggal, isu yang kurang menarik, minimnya dampak yang mungkin dihasilkan, dan sebagainya. Sementara ada juga penolakan yang disebabkan kurangnya jumlah data yang berhasil dihimpun, sampel yang tidak sesuai populasi, dan lain-lain.

Pada kasus lain ada penelitian yang sudah memiliki cukup data, namun analisis yang kurang mendalam, atau kesimpulan yang tidak akurat. Bisa jadi juga ada case di mana perlu dilakukan “pembongkaran besar-besaran” terhadap manuskrip karena lemahnya kualitas bahasa penulisan yang digunakan.

Perbaikan pada Artikel Ilmiah yang Tertolak

Berikut adalah beberapa saran perbaikan yang bisa diterapkan:

Kenali Jurnal yang Anda Tuju

Baca kembali Publication Guidelines atau Guidelines for Author dari jurnal yang dituju. Cek apakah artikel ilmiah Anda sudah mengikuti format atau template penulisan yang diberikan. Jurnal juga lebih suka artikel paper yang lebih inovatif dan menunjukkan letak inovasinya.

Topic yang Tepat

Mudah bagi jurnal untuk menolak artikel ilmiah Anda ketika Anda saja tidak bisa memahami topik-topik yang mereka kehendaki.

Cover Letter yang Meyakinkan

Abstract dan Cover Letter yang meyakinkan akan membuat Editor-in-Chief atau Scientific Editor akan tertarik untuk membaca lebih lanjut. Lagi-lagi ini masalah penulisan yang tepat dan sesuai konteks penelitian.

Jauhi Plagiarisme

Tentu saja, paling sering adalah mengutip tanpa memberikan sitasi. Paling baik memang menyatakan kesamaan atau pertentangan dengan isi pustaka yang digunakan. Termasuk di antara plagiasi adalah jika hanya memberikan “kemasan” baru pada isi penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

Tingkatkan Metodologi

Tidak berhenti pada eksplorasi hasil dan pembahasan semata, tetapi juga bagaimana metodologi bisa diterapkan pada riset yang lain; sehingga memberikan dampak yang lebih besar. Jurnal lebih suka pada artikel ilmiah yang menyajikan hal tersebut.

Mengajak Penulis Lain

Jurnal juga memeriksa siapa saja penulis kolaborator yang ikut menulis artikel ilmiah tersebut. Jika di antaranya ada nama-nama peneliti atau penulis senior dengan Indeks-H yang bernilai tinggi, maka jurnal turut berpeluang melirik artikel ilmiah tersebut untuk diterbitkan.

Penulisan Ulang

Banyak riset yang inovatif dengan metodologi yang baik, namun sering gagal dalam penyajian, yaitu bagaimana ide penulisan dieksplorasi dan disajikan dalam format tulisan. Kegagalan ini di antaranya disebabkan oleh kedalaman Bahasa Inggris yang digunakan.

Oklas Community punya beberapa expert yang bisa membantu Anda menuliskan ulang manuskrip ilmiah yang ingin di-submit pada suatu jurnal.

Memilih Jurnal Lain 

Tahap berikutnya jika jurnal ditolak pasca melakukan revisi adalah memilih jurnal lain. Mayoritas peneliti akan melakukan langkah ini, karena jauh lebih mudah menembus jurnal baru dibanding jurnal yang sudah memberi penolakan. 

Anda bisa mencari jurnal dengan kualitas yang sama atau diturunkan sedikit. Misalnya, jurnal pertama yang memberi penolakan terindeks Scopus dalam kuartil Q1. 

Maka Anda bisa mencari jurnal Scopus dalam kuartil Q2 atau Q3. Sehingga masih berstatus jurnal internasional bereputasi, akan tetapi dengan proses review yang tidak seketat jurnal pertama. 

Tidak dilarang untuk submit ke jurnal Scopus dalam kuartil Q4. Namun, jurnal seperti ini rawan mengalami pergeseran.

Apa Boleh Submit di 2 Jurnal?

Ini disebut sebagai double submission, dan dianggap sebagai pelanggaran etika publikasi ilmiah. Hal ini dapat merusak reputasi penulis sebagai peneliti yang tidak jujur.

Demikian sharing kali ini mengenai tips-tips menghadapi penolakan artikel ilmiah oleh jurnal.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top